Selasa, 08 Juli 2008

दोनोर दरः Sedunia

Donor darah adalah budaya. Itulah harapan Perhimpunan Donor Darah Indonesia (PDDI) pada peringatan Hari Donor Darah Sedunia (World Blood Donor Day) yang dilaksanakan di Mal Puri Indah Jakarta, Senin (16/06). Hari Donor Darah Sedunia 2008, sebenarnya jatuh pada Sabtu (14/06) dua hari sebelumnya. Karena padatnya jadwal donor darah pada Unit Transfusi Darah Daerah (UTDD) PMI DKI Jakarta, maka peringatan tersebut dilaksanakan pada tanggal 16 Juni 2008.

Momentum Hari Donor Darah Sedunia Tahun 2008 mengusung tema Many Happy Returns yang apabila diartikan memiliki makna, donor darah sukarela diharapkan dilakukan secara rutin dan berkesinambungan. Dalam sambutannya Ketua PMI DKI Jakarta Ibu Rini Sutiyoso mengharapkan partisipasi aktif masyarakat untuk membantu PMI dalam hal ketersediaan darah. Meski kesadaran akan donor darah di DKI Jakarta semakin baik, namun kiranya dapat ditingkatkan lagi, sehingga donor darah dapat menjadi suatu kebiasaan masyarakat Jakarta, dan apabila terjadi suatu wabah demam berdarah, maka darah akan mudah didapatkan.

Donor darah yang diadakan oleh PMI DKI Jakarta bekerjasama dengan PDDI, Mal Puri Indah, dan Lions Club menargetkan 350 pendonor. Kegiatan tersebut dihadiri oleh Ketua PMI DKI Jakarta Ibu Rini Sutiyoso, Ketua Umum Pengurus Besar PDDI Bapak Adang Daradjatun, Sekko Jakarta Barat Bapak Fatahillah, Gubernur Lions District 307A Ibu Eveline, Ketua PDDI DKI Jakarta, Ketua PMI Cabang Jakarta Barat, dan PMI Cabang se DKI Jakarta.

Diharapkan dari pendonor pemula, nantinya dapat mendonorkan darahnya kembali secara berkala setiap 3 bulan sekali. Mal Puri Indah memang telah melakukan kegiatan donor darah secara rutin, dan PMI DKI Jakarta berharap agar kegiatan tersebut dapat dicontoh oleh instansi-instansi lain. Karena tempat-tempat rekreasi dan pusat perbelanjaan merupakan tempat yang strategis, dan masyarakat akan lebih mudah untuk mendonorkan darahnya, daripada harus datang ke PMI DKI Jakarta yang jauh jaraknya dari tempat tinggalnya




Senin, 09 Juni 2008

PMI Luncurkan Aliansi Global untuk Tangani HIV & AIDS











Sebagai upaya untuk mencegah penyebaran sekaligus penanganan HIV & AIDS di Indonesia, bertempat di Gedung PMI Cabang Jakarta Timur, di Jl. I Gusti Ngurah Rai no.77 Jakarta timur, Palang Merah Indonesia (PMI) dan Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) meluncurkan kerangka kerja Aliansi Global PMI untuk HIV & AIDS. (5/06/08)

Aliansi Global HIV & AIDS merupakan kerangka kerjasama untuk memobilisasi kapasitas dan sumber daya yang ada untuk mendukung tercapainya program penanggulangan HIV & AIDS. Hal ini sesuai dengan tema Aliansi Global yaitu “Melakukan Lebih dan Melakukan Lebih Baik” (To Do More and To Do Better).

Peluncuran Aliansi Global PMI untuk HIV & AIDS dilakukan oleh Ketua Bidang Pelayanan Sosial dan Kesehatan Masyarakat, Prof. Dr. Amal Chalik Sjaaf, bersama dengan Perwakilan Khusus Sekretaris Jenderal IFRC, Dr. Mukesh Kapila, pada Kamis (5/6) di PMI Cabang Jakarta Timur. Ketua Bidang Pelayanan Sosial dan Kesehatan Masyarakat, Prof. Dr. Amal Chalik Sjaaf, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan salah satu bentuk komitmen PMI untuk melipat gandakan peran organisasi dalam upaya mengurangi bahaya penyakit HIV & AIDS. “Dengan bekerjasama, program HIV & AIDS PMI akan berjalan lebih maksimal sehingga manfaatnya bagi masyarakat rentan akan lebih optimal,” jelas Prof. Dr. Amal Chalik Sjaaf.

Kegiatan tersebut di hadiri oleh wakil Walikota Administrasi Jakarta Timur, Bpk Terman Siregar dalam sambutannya beliau merasa bangga, karena wilayahnya yaitu Jakarta timur mendapat kepercayaan untuk peluncuran kerangka kerja aliansi Global PMI untuik HIV & AIDS, dan beliau mengungkapkan, bahwa permasalahan HIV bukan hanya tugas dari pemerintah namun sudah merupakan tugas kita bersama untuk meghadapi permasalahan ini, dan diharapkan dengan peluncuran kerangka Aliansi Global PMI dapat mengurangi dan mensosialisasikan nya kepada masyarakat di Jakarta pada khususnya dan Indonesia pada umumnya.

Sementara itu Perwakilan Khusus Sekretaris Jenderal IFRC, Dr. Mukesh Kapila, menjelaskan pentingnya kerjasama ini mengingat Indonesia sebagai salah satu negara di Asia dengan jumlah kasus AIDS yang perlu mendapat perhatian. “Jumlah kasus HIV dan AIDS di Indonesia akan cenderung meningkat apabila tidak ditangani secara terpadu,” kata Dr. Mukesh Kapila. Ditambahkannya, bentuk kerjasama dalam kerangka Aliansi Global ini akan dilakukan dalam bentuk dukungan program yaitu dengan mobilisasi sumber daya yang diperlukan, perluasan program, dan bantuan teknis lainnya. Kegiatan di lanjutkan dengan Penandatanganan Komitmen bersama dengan PMI Daerah Se Indonesia

Besar harapan kita dengan di luncurkannya kerangka kerja Aliansi Global PMI untuk HIV & AIDS di Jakarta Timur akan menjadi mercu Suar dalam upaya mensosialisasikan tentang HIV/AIDS, sehingga jumlah kasus HIV dan AIDS di Indonesia dapat ditekan seminim mungkin dan tidak menutup kemungkinan Virus ini akan dapat hilang di kemudian hari



Sabtu, 31 Mei 2008

PMI CABANG JAKARTA PUSAT GELAR MUKERCAB DAN PELANTIKAN PENGURUS CABANG PERIODE 2008-2013

PMI JP. Dengan mengusung thema Back to Basic, sebagai komitmen insan PMI dalam melaksanakan tugas-tugas pelayanan tanggap darurat bencana”, PMI Cabang Jakarta Pusat (27/5/2008) menggelar Musyawarah Kerja Cabang Tahun 2008 dan Pelantikan Pengurus Cabang periode Tahun 2008-2013, bertempat di Aula Markas Daerah PMI DKI Jakarta, Jl. Kramat Raya No. 47. Peserta Mukercab sebanyak 73 orang terdiri dari seluruh Pengurus PMI Cabang dan Pengurus Ranting 8 Kecamatan se-Jakarta Pusat. Mukercab digelar untuk menggolkan rancangan program yang telah disusun Pengurus Cabang, yang sebagian (periode bulan Januari s/d Mei 2008) telah dilaksanakan.

DSCF0021A1Pengurus Cabang PMI Jakarta Pusat periode tahun 2008-2013, dilantik oleh Ketua PMI DKI Jakarta, Hj. Rini Sutiyoso, dengan susunan ; H. Soewardi Sulaiman (Ketua), Supandi, SH (Wakil Ketua Bidang Oraganisasi & Hubungan Antar Lembaga), Natsir Sabara, SE, Msi (Wakil Ketua Bidang Dana), Mulyadi Guntur Aritonang, SH (Wakil Ketua Bidang Penanggulangan Bencana & Sosial), Agustiar Caya (Wakil Ketua Bidang SDM & Humas), Drs.H.Maman Abdurrahman (Wakil ketua Bidang Pelayanan Kesehatan), A.Djuanda Sunarya, S.Ip. (Sekretaris), Drs.Abdul Aziz S.,MM (Wakil Sekretaris), Drs.H.Djoko Susetyo, ST (Bendahara), Ade Riswanto, SPd,MM (Anggota) dan Dr. Tri Agus Yuarsa, M.Kes (Anggota).

DSCF0036Ketua Pengurus Cabang PMI Jakarta Pusat, H.Soewardi Sulaiman, dalam sambutannya menyatakan bahwa, lima (5) tahun terakhir PMI Cabang Jakarta Pusat terus meningkatkan kualitas ketrampilan SDM dan sarana penunjang kesiapsiagaan bencana dengan modernisasi alat-alat dapur. Menunjang program Pemerintah dalam penghematan BBM, khususnya minyak tanah, PMI Cabang Jakarta Pusat menargetkan bebas minyak tanah dalam operasional dapur umum hingga tahun 2009. Sejak Tahun 2005, PMI Cabang Jakarta Pusat telah membentuk SATGANA yang dikhususkan untuk penanggulangan bencana dengan SDM sebanyak 2 dokter, 6 perawat dan 14 KSR. Dalam hal SDM, beliau juga menyatakan akan memenuhi amanah Walikota Jakarta Pusat dalam Muscab yang lalu, untuk merekrut 21.000 anggota PMR, dengan membentuk “Education Center” dan kerja sama lintas sektoral. Dilaporkan pula bahwa PMI Cabang Jakarta Pusat menjadi project officer dalam perayaan HUT Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Sedunia ke 145 (8 Mei 2008), yang digelar di RW. 03 Keluarahan Petamburan, dengan kegiatan berupa gerakan kebersihan yang melibatkan PMR, Relawan dan masyarakat, pembuatan 10 sumur biopori, pemberian 10 unit tong sampah, 540 bibit pohon produktif, pelindung dan tanaman pot, pelayanan kesehatan gratis kepada 425 orang sakit, pemeriksaan golongan darah bagi 250 orang, pemberian 1000 paket hygiene kit dan 100 paket Baby Kit.

DSCF0050Ketua PMI DKI Jakarta, Hj. Rini Sutiyoso, menyatakan bahwa dengan telah terbentuknya Kepengurusan yang baru, PMI Cabang Jakarta Pusat diharapkan lebih meningkat dan efektif. Hasil yang baik harus dipertahankan dan ditingkatkan. Ditekankan bahwa PMI Cabang Jakarta Pusat harus terus mengupayakan untuk mempunyai gedung yang representatif, karena gedung yang sekarang kurang layak. Mukercab mampu menjabarkan program Pengurus Daerah. Tidak perlu muluk-muluk, yang penting manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat. Prioritas program hendaknya ditekankan kepada penanggulangan bencana, pembinaan PMR dan Relawan serta sosial masyarakat. Pelayanan yang cepat, tepat dan terkoordinasi dijadikan warna program Cabang yang dapat dirasakan masyarakat, sehingga PMI mendapat dukungan masyarakat. Peningkatan hasil Bulan Dana dari tahun ke tahun harus digunakan untuk meningkatkan pelayanan masyarakat, Penanggulangan Bencana, pemasyarakatan PMI serta pembinaan PMR dan Relawan.

DSCF0054Walikota Jakarta Pusat, Dr. Hj. Sylviana Murni, SH, MSI, membuka secara resmi Mukercab PMI Jakarta Pusat, dan menyampaikan selamat kepada Pengurus Cabang Jakarta Pusat yang baru. Didalam sambutannya dikatakan bahwa sesuai dengan thema yang diusung “Back to Basic, sebagai komitmen insan PMI dalam melaksanakan tugas-tugas pelayanan tanggap darurat bencana” harus direalisasikan kedalam wujud yang nyata dan benar-benar dapat dirasakan manfatnya oleh masyarakat yang telah menopang tumbuh kembangnya PMI terutama dalam segi pendanaan. PMI harus meningkatkan kinerjanya didalam kesiap siagaan dan penanganan berbagai permasalahan kemanusiaan, baik yang berkaitan dengan kesejahteraan, kesehatan, social dan terutama penanganan bencana. Terlebih diera perubahan iklim global yang berdampak buruk seperti meningkatnya volume bencana dan mewabahnya berbagai macam penyakit. Walikota juga berharap bahwa Pengurus PMI Cabang Jakarta Pusat periode 2008-2013, dapat mewujudkan gedung PMI Cabang yang definitive dan representative. Program yang disusun tidak perlu muluk-muluk namun dapat dilaksanakan. Banyak contoh-contoh yang dapat diambil untuk melaksanakan program dengan efektif. Contoh-contoh yang baik juga bisa jadi stimulant untuk mengefektifkan PMI Ranting Kecamatan. Beliau juga menyatakan salut kepada PMI Cabang Jakarta Pusat yang turut melibatkan ambulansnya dalam penanganan krisis yang dialami tokoh nasional “Sophan Sophian” yang mengalami kecelakaan dalam kegiatannya, dan keikutsertaan PMI dalam program Pemerintah seperti pembuatan lubang biopori. Walikota Jakarta Pusat siap membantu PMI dan mempersilahkan PMI untuk menggunakan Kantor Walikota Jakarta Pusat untuk pembinaan PMR dan relawan serta kegiatan lainnya.

Musyawarah Kerja Cabang PMI Jakarta Pusat yang berlangsung sehari penuh, berhasil menggolkan program-program yang diajukan dengan beberapa catatan. Pemberdayaan dan rekruitmen SDM ditingkat Ranting agar menjadi prioritas dan dapat secepatnya direalisasikan agar Ranting bisa secepatnya melaksanakan tugas-tugas penanggulangan bencana sebagaimana yang diharapkan Walikota.

Jumat, 30 Mei 2008

Hari Palang Merah Ke 145 Membersihkan tamburan

Memperingati Hari Palang Merah Se Dunia yang ke 145, yang jatuh pada tanggal 8 Mei, PMI Pusat bekerja sama dengan PMI DKI Jakarta dan Cabang 5 wilayah melakukan gerakan bersih lingkungan di lingkungan rawan bencana banjir di RW 03 Kelurahan Petamburan, kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat, karena di nilai sebagai wilayah berpotensi banjir tinggi beberapa waktu yang lalu. Kegiatan hari palang merah sedunia tahun ini bertema kan “Mari Lakukan Adaptasi Perubahan Iklim”.

Kegiatan yang dimulai pukul 09.00 WIB dibuka dengan statmen oleh Ketua Pengurus PMI DKI Jakarta, Sekretaris Daerah Bpk Muhayat dan perwakilan dari Federasi miss Amara, kini kita mendapatkan tantangan yang berat yaitu perubahan iklim, dan dengan bermitra antara PMI dan Masyarakat kita dapat mengurangi dampak tersebut, seperti yang kita lakukan sekarang ini, yaitu melakukan sebuah hal kecil tapi bermakna, yaitu dengan membersihkan lingkungan tempat tinggal kita” kata perwakilan dari federasi miss Amara.

Kegiatan

Gerakan bersih lingkungan meliputi berbagai kegiatan, yaitu :

1. Bersih Lingkungan

Bersih lingkungan dipusatkan di lokasi umum dan pemukiman warga. Sebanyak 10 tim masing-masingkerja_bakti beranggotakan 25 orang yang terdiri dari Palang Merah Remaja (PMR), relawan PMI dan warga masyarakat sekitar yang disebar di berbagai titik wilayah di masuk dalam kategori kotor dan banyak tumpukan sampah. Pada kegiatan tersebut dilakukan juga penempatan 10 unit tempat sampah organik dan non organik di sekitar halaman balai warga.

2. Penanaman Pohon

PMI dan warga masyarakat melakukan penanaman 400 bibit pohon dan 25 bibit untuk ditanam di pot dan pemukuman warga, diharapkan dengan pembagian bibit tanaman, warga dapat secara stimulan memulai budaya Penghijauan.

3. Pelayanan Pengobatan Gratis

Pelayanan Pengobatan Gratis melibatkan dokter dari PMI Pusat, PMI UTDP, PMI DKI Jakarta, PMI Cabang Jakarta Pusat dan Dokter Puskesmas setempat pelayanan pengobatan gratis kali ini menargetkan 500 – 800 warga yang dipusatkan dikantor Kelurahan Petamburan.

4. Pemeriksaan Golongan Darah

Dengan Sumber Daya manusia dari UTD PMI DKI Jakarta sebanyak 5 orang dan menargetkan 250 calon donor darah dari warga RW 03 Petamburan, kegiatan ini dilakukan mendukung kegiatan Donor Darah Siaga yang merupakan program dari PKK sebagai wujud kewaspadaan masyarakat terkait dengan kebutuhan darah yang terkadang terjadi secara tiba-tiba.

5. Distribusi Peralatan Kesehatan (Hygien Kit0 dan Peralatan Bayi (Baby Kit)

Sebanyak 1000 hygient kit dan 100 baby kit didistribusikan bagi warga yang membutuhkan, kegiatan ini melibatkan relawan dari 5 wilayah untuk mendistribusikannya.

Semoga dengan Perayaan hari Palangmerah Se Dunia yang dirayakan dengan berbagai kegiatan mendapatkan tempat dihati masyarakat, sehingga kegiatan ini dapat menjadi kegiatan rutin dan dapat di contoh oleh masyarakat di indonesia khususnya dan Dunia pada umumnya.

Selamat Hari Palang Merah Se Dunia, dan sekali lagi "Mari Lakukan Adaptasi Perubahan Iklim (hr/08)

ORGANISASI PALANG MERAH INDONESIA (PMI)



SEJARAH PMI
Berdirinya Palang Merah di Indonesia sebenarnya sudah dimulai sejak masa sebelum Perang Dunia Ke-II. Saat itu, tepatnya pada tanggal 21 Oktober 1873 Pemerintah Kolonial Belanda mendirikan Palang Merah di Indonesia dengan nama Nederlands Rode Kruis Afdeling Indie (Nerkai), yang kemudian dibubarkan pada saat pendudukan Jepang.

Perjuangan untuk mendirikan Palang Merah Indonesia sendiri diawali sekitar tahun 1932. Kegiatan tersebut dipelopori oleh Dr. RCL Senduk dan Dr Bahder Djohan. Rencana tersebut mendapat dukungan luas terutama dari kalangan terpelajar Indonesia. Mereka berusaha keras membawa rancangan tersebut ke dalam sidang Konferensi Nerkai pada tahun 1940 walaupun akhirnya ditolak mentah-mentah. Terpaksa rancangan itu disimpan untuk menunggu kesempatan yang tepat. Seperti tak kenal menyerah, saat pendudukan Jepang, mereka kembali mencoba untuk membentuk Badan Palang Merah Nasional, namun sekali lagi upaya itu mendapat halangan dari Pemerintah Tentara Jepang sehingga untuk kedua kalinya rancangan itu harus kembali disimpan.

Tujuh belas hari setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, yaitu pada tanggal 3 September 1945, Presiden Soekarno mengeluarkan perintah untuk membentuk suatu badan Palang Merah Nasional. Atas perintah Presiden, maka Dr. Buntaran yang saat itu menjabat sebagai Menteri Kesehatan Republik Indonesia Kabinet I, pada tanggal 5 September 1945 membentuk Panitia 5 yang terdiri dari: dr R. Mochtar (Ketua), dr. Bahder Djohan (Penulis), dan dr Djuhana; dr Marzuki; dr. Sitanala (anggota).

Akhirnya Perhimpunan Palang Merah Indonesia berhasil dibentuk pada 17 September 1945 dan merintis kegiatannya melalui bantuan korban perang revolusi kemerdekaan Republik Indonesia dan pengembalian tawanan perang sekutu maupun Jepang. Oleh karena kinerja tersebut, PMI mendapat pengakuan secara Internasional pada tahun 1950 dengan menjadi anggota Palang Merah Internasional dan disahkan keberadaannya secara nasional melalui Keppres No.25 tahun 1959 dan kemudian diperkuat dengan Keppres No.246 tahun 1963.

Kini jaringan kerja PMI tersebar di 30 Daerah Propinsi / Tk.I dan 323 cabang di daerah Tk.II serta dukungan operasional 165 unit Transfusi Darah di seluruh Indonesia.

PERAN DAN TUGAS PMI
Peran PMI adalah membantu pemerintah di bidang sosial kemanusiaan, terutama tugas kepalangmerahan sebagaimana dipersyaratkan dalam ketentuan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949 yang telah diratifikasi oleh pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1958 melalui UU No 59.

Tugas Pokok PMI :
+ Kesiapsiagaan bantuan dan penanggulangan bencana
+ Pelatihan pertolongan pertama untuk sukarelawan
+ Pelayanan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat
+ Pelayanan transfusi darah ( sesuai dengan Peraturan Pemerintah no 18 tahun 1980)
Dalam melaksanakan tugasnya PMI berlandaskan pada 7 (tujuh) prinsip dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, yaitu Kemanusiaan, Kesukarelaan, Kenetralan, Kesamaan, Kemandirian, Kesatuan dan Kesemestaan.

SEKILAS KINERJA PMI DARI MASA KE MASA

Dasawarsa I 1945 -1954
Pada masa perang kemerdekaan RI, peranan PMI yang menonjol adalah di bidang Pertolongan pertama, Pengungsian, Dapur Umum, pencarian dan pengurusan repatriasi, bekerjasama dengan ICRC dan Palang Merah Belanda untuk Romusha, Heiho , Tionghoa; anak-anak Indo Belanda dan 35.000 tawanan sipil Belanda dan para Hoakian yang kembali ke RRC. Sementara itu diadakan pula pendidikan untuk para juru rawat yang akan dikirim ke pos-pos P3K di daerah pertempuran.
Saat itu sudah ada 40 cabang PMI di seluruh Indonesia dan setiap cabang memiliki dua buah Pos P3K sebagai Tim Mobil Collone.
Rumah Sakit Umum Palang Merah di Bogor yang semula di bawah pengelolaan Nerkai, pada tahun 1948 disumbangkan kepada PMI Cabang Bogor dengan nama Rumah Sakit Kedunghalang dan sejak tahun 1951 dikelola menjadi Rumah Sakit Umum PMI hingga sekarang.
PMI juga mulai menyelenggarakan kegiatan pelayanan sumbangan darah yang masih terbatas di Jakarta dan beberapa kota besar seperti Semarang, Medan, Surabaya dan Makasar dengan nama Dinas Dermawan Darah.

Dalam peristiwa pemberontakan RMS (Republik Maluku Selatan), PMI bekerjasama dengan ICRC melaksanakan pelayanan kesehatan yang dipimpin oleh Dr. Bahder Djohan dan BPH Bintara berupa Rumah Sakit terapung di Ambon. Juga diadakan penyampaian berita keluarga yang hilang/ terpisah serta mengunjungi tawanan.

PMI mulai mengembangkan kegiatn kepemudaan dengan 7.638 anggota remaja di 29 Cabang PMI. Bekerjasama dengan Yayasan Kesejahteraan Guru, murid dan anak-anak sepakat membentuk unit PMR di sekolah-sekolah, penerbitan majalah PMR, korespodensi, pertukaran album, lomba, pameran lukisan, serta penyelenggaraan sanatoria (perawatan paru-paru untuk anak-anak).

DASAWARSA II 1955 - 1964
Akibat Pemberontakan PRRI di Sumatera Barat dan Permesta di Sulawesi Utara, Markas Besar PMI mengirimkan kapal-kapal PMI ke daerah tersebut untuk menjemput orang-orang asing di sana dan juga mengirimkan 4 tim medis ke Sumatera serta 6 tim ke Sulawesi Utara.
Setelah Presiden Soekarno mencetuskan Tri Komando Rakyat (Trikora) untuk membebaskan Irian Barat pada tanggal 19 Desember 1961, Pengurus Besar PMI memanggil Kesatuan Sukarela seluruh Cabang untuk siap siaga. Kemudian terbentuklah Kesatuan Nasional yang terdiri dari 11 cabang yang telah diseleksi. Sukarelawan Palang Merah yang ditugaskan sebagai perawat berjumlah 259 orang dan 770 orang sebagai cadangan.

Pada peristiwa Aru 15 Januari 1952, yaitu tenggelamnya Kapal Perang RI Macan Tutul, sebanyak 55 orang awak kapal perang tersebut menjadi tawanan Belanda sehingga atas permintaan Menteri/KSAL, PMI menghubungi ICRC untuk menangani tawanan tersebut. Berkat usaha Sekjen PBB, pihak Belanda menyetujui penyerahan awak kapal di Singapura.
Pada tahun 1963 ketika Gunung Agung di Bali meletus , PMI bersama Dinkes Angkatan Darat RI membantu penanggulangan para korban bencana tersebut.

Ketika Tim Kesatuan Nasional PMI ke Kalimantan Barat dalam rangka Dwikora (Dwi Komando Rakyat), telah dikirimkan Tim Kesehatan Nasional untuk membantu Operasi TUMPAS di Sulawesi Selatan.

DASA WARSA III 1965-1975
Penerbitan Surat Keputusan mengenai Peraturan menteri Kesehatan RI No.23 dan No.024 mengenai pengakuan Pemerintah RI untuk pertamakali terhadap keberadaan Usaha Transfusi Darah (UTD) PMI.
Dalam peringatan HUT PMI ke-25 , 17 September 1970 , Pengurus Besar PMI mengeluarkan suatu medali khusus dan penghargaan kepada perintis-perintis PMI, seperti: Drs. Moh. Hatta dan Prof. Dr. bahder Johan dan Pengurus PMI Daerah/Cabang seluruh Indonesia.
Setahun kemudian ,1971 diresmikan berdirinya suatu DAJR (Dinas Ambulance Jalan Raya) Jakarta - Bandung sebanyak 7 pos yang dipusatkan di RSU-PMI Bogor. Ambilans yang digunakan adalah ambulance Falcon yang dilengkapi personil, alat-alat pertolongan pertama, dan telepon radio.

DASAWARSA IV 1975 -1984
Kerjasama PMI-ICRC
PMI mulai berperan di Timor Timur bulan Agustus 1975 sejak mengalirnya pengungsi Timor Timur ke perbatasan Timor Barat di Atambua. Operasi kemanusiaan di Dili dimulai bulan Desember 1975 atas permintaan PSTT (Pemerintah Sementara Timor Timur). Kemudian kelak pada bulan Oktober tahun 1979 PMI bekerja sama dengan ICRC mulai membuka pos bantuan relief di 7 Kecamatan terpencil di Timor Timur.
Atas permintaan Pemerintah RI, PMI didukung UNHCR membentu pengungsi Vietnam di Pulau Galang dalam bidang kesehatan dan kesejahtraan social, antara lain dengan mendirikan RS Pulau Galang. PMI juga mengadakan Tracing and Mail Service bekerjasama dengan ICRC.

Bencana Alam
Ketika gempa bumi melanda Bali Juli 1976 yang melanda 3 dari 5 kabupaten
PMI mengerahkan tenaga sukarela, membuka Dapur Umum dan membantu perbaikan 500 buah rumah. Bekerjasama dengan tim medis dari Angkatan Darat, memberikan pelayanan kesehatan makanan dan obat-obatan.
Di tahun yang sama gempa bumi melanda Kecamayan Kurima dan Okbibab di Kabupaten Jayawijaya dengan kekuatan 6,8 Skala Richter.
PMI juga turun langsung membantu korban bencana Galunggung tahun 1982 selama beberapa bulan

Transfusi Darah
Tahun 1978 Pengurus Pusat memberikan penghargaan Pin Emas untuk pertamakalinya kepada donor darah sukarela 75 kali.
Ketentuan tentang tugas dan peran PMI dalam pelayanan transfusi darah dikeluarkan oleh pemerintah melali Peraturan Pemerintah No.18 th 1980

DASAWARSA V 1984 - 1994
Setelah beberapa kali pindah dari Jl.Abdul Muis ke beberapa lokasi, akhirnya kantor pusat PMI menetap di Jl.Jendral Gatot Subroto Kav.96 yang diresmikan oleh Presiden Suharto pada tahun 1985.

Tracing and Mailing RRC-RI
Selain pelayanan Tracing and Mailing Service (TMS) untuk pengungsi di Pulau Galang, pada tahun 1987 TMS PMI mengurus kunjungan keluarga dari RRC ke Indonesia yang pertama kalinya sejak hubungan diplomatik kedua negara itu tahun 1967 terputus.
Di Jakarta, PMI ikut membantu para korban musibah tabrakan kereta api Bintaro berupa pertolongan P3K, Transfusi Darah, TMS, serta pemberian pakaian pantas di sejumlah RS di Jakarta tempat korban dirawat.

Bencana alam
PMI mengerahkan 700 orang KSR/PMR dan 8 tenaga dokter untuk membantu korban banjir bandang di Semarang Jawa Tengah dan juga ikut membantu korban Letusan Gunung Kelud Jawa Timur tahun 1990 dengan bantuan pangan dan obat-obatan senilai Rp.8.583.400,-
Untuk turut menanggulangi bencana gempa bumi Tsunami di Flores 12 Desember 1992, PMI membentuk Satgas KSR Serbaguna yang disebut SATGAS MERPATI I.

Perang Teluk tahun 1991
Dengan pecahnya Perang Teluk, Pemerintah Indonesia mempercayakan kepada PMI untuk memimpin pengiriman bantuan masyarakat Indonesia dengan pesawat khusus ke Jordania, untuk korban Perang Teluk sebanyak dua kali. Bantuan sandang, pangan, obat-obatan dan peralatan listrik yang diberikan senilai 249 juta rupiah.

Uji Saring Darah HIV
Penyebaran virus HIV yang semakin meningkat mendorong terbitnya Keputusan Menteri Kesehatan RI No.622/1992 tentang kewajiban pemeriksaan virus HIV pada donor darah. Sejalan dengan itu, Depkes RI memberikan bantuan reagensia untuk pemeriksaan virus HIV kepada PMI yang diperuntukkan bagi segenap UTDC-PMI.

Temu Karya KSR
Pada bulan Juli 1992 diadakan Temu karya dan Lomba KSR Tingkat Nasional di Lombok NTB diikuti pula oleh peserta dari Singapura, Malaysia, Thailand, Korea Selatan dan Jepang.

DASAWARSA VI 1994 - 2004
Bencana Alam (Gempa Bumi)
Kembali pada tahun 1994 ,Pengurus Pusat membentuk Tim SATGAS MERPATI II untuk membantu korban bencana Gempa Bumi di Liwa-Lampung Barat dan Tsunami di Banyuwangi-Jawa Timur.
Juga pada tahun 1999, saat propinsi Bengkulu ditimpa gempa berkekuatan 7,9 skala richter, PMI dengan dukungan fasilitas Federasi Internasional dan Palang Merah Norwegia mendirikan rumah sakit lapangan berkapasitas 150 bed menggantikan fungsi rumah sakit setempat yang rusak di kota itu selama 10 bulan.
Gempa lainnya berskala 6,5 richter juga menimpa Banggai di Sulawesi Tengah pada bulan Mei 2002, dan beberapa bulan kemudian pada Juli 2000 gempa terjadi juga di 24 Kecamatan di Sukabumi dan Bogor.

Banjir
Akhir tahun 2000 banjir menimpa wilayah Aceh. Dengan bantuan ICRC di Lhoksumawe, Tim PMI ikut turun tangan membersihkan jalan-jalan dan fasilitas sosial lainnya dan memberikan bantuan 4000 paket bantuan alat kebersihan. Pada periode yang sama, banjir juga melanda Gorontalo Sulawesi Tengah yang mengakibatkan wilayah tersebut terutama di Kecamatan Ranoyapo terisolir banjir.
Banjir Lumpur dikuti longsor juga melanda wilayah Jawa Barat selama beberapa hari pada bulan Pebruari. Banjir bandang terjadi pula di NTB. 1000 paket bantuan PMI dan 610 petromaks disumbangkan oleh Federasi Internasional melalui PMI.
Awal Agustus 2001, banjir besar juga telah menghancurkan 8 Kecamatan di Kabupaten Nias Sumetera Utara. PMI telah mengirimkan obat-obatan dan bantuan paket keluarga berupa peralatan dapur, kelambu nyamuk, pakaian, selimut dan gula untuk memenuhi kebutuhan darurat sehari-hari di Nias.

Penanggulangan Bencana Konflik
Suatu konflik vertikal telah berlangsung di Aceh sejak Januari 2000, konflik horizontal di Poso Sulawesi Tengah pada 23 Mei 2000 dan kerusuhan hebat di Maluku Utara pada 17 Mei 2001. Di Aceh PMI bekerjasama dengan ICRC secara intensif melakukan kegiatan evakuasi korban luka dan mayat, membagikan bantuan pangan, pelayanan kesehatan darurat serta penyampaian berita keluarga. Sedangkan untuk Poso, PMI berkoordinasi dengan ICRC menyalurkan bantuan 4000 paket keluarga diikuti bantuan dari RCTI berupa tikar, sarung, handuk, jerigen, sabun mandi, sabun cuci dan pakaian yang diperuntukkan kepada 2000 orang. Sedang untuk konflik yang terjadi di Maluku Utara, kembali PMI bekerjasama dengan ICRC menyalurkan 5.655 paket bantuan keluarga kepada korban disamping pelayanan kesehatan di Tobelo dan Galela. Bantuan tambahan sebanyak 4500 paket dan 2000 unit peralatan sekolah dan seragam dari Kedutaan Besar Jepang. Di samping itu bantuan satu unit kendaraan juga telah dikirim ke Ternate dari Jakarta untuk membantu operasional teknis lapangan.

CBFA- Tarakan dan Lampung
Proyek pengembangan kesehatan berbasis masyarakat (CBFA) telah dimulai di Kalimantan Timur dan Tengah sejak Juni 2000. Bantuan disponsori oleh Palang Merah Belanda dengan Fasilitas Federasi Internasional bertujuan memperbaiki status kesehatan masyarakat di wilayah sasaran.

PMI KINI

Dalam rangka menghadapi perkembangan masyarakat Indonesia di masa depan yang semakin global dalam suasana yang semakin demokratis maka PMI harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya sebagai stakeholder untuk ikut mengambil peran aktif di dalamnya.

Karena itu, PMI telah menetapkan misi dan visi dengan tetap berpegang teguh pada prinsip-prinsip kepalangmerahan dan digariskan di dalam garis-Garis Kebijakan PMI 2000 - 2004 :

A. Visi
PMI diakui secara luas sebagai organisasi kemanusiaan yang mampu menyediakan pelayanan kepalangmerahan yang efektif dan tepat waktu, terutama kepada mereka yang paling membutuhkan, dalam semangat kenetralan dan kemandirian.

B. Misi

  1. Menyebarluaskan dan mengembangkan aplikasi prinsip dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan sabit Merah serta Hukum perikemanusiaan Internasional (HPI) dalam masyarakat Indonesia.
  2. Melaksanakan pelayanan kepalangmerahan yang bermutu dan tepat waktu, mencakup:
    + Bantuan kemanusiaan dalam keadaan darurat
    + Pelayanan sosial dan kesehatan masyarakat
    + Usaha Kesehatan Transfusi Darah
  3. Pembinaan Generasi Muda dalam kepalangmerahan, kesehatan dan kesejahteraan.
  4. Melakukan konsolidasi organisasi, pembinaan potensi dan peningkatan potensi sumber daya manusia dan sumber dana untuk menuju PMI yang efektif dan efiesien.

PROGRAM STRATEGIS PENGEMBANGAN ORGANISASI

A. TUJUAN
Menyempurnakan organisasi dan tata laksana PMI di semua tingkatan untuk persiapan peningkatan kemandirian dan kenetralan PMI dalam 5 tahun ke depan.

B. PROGRAM 2002

  1. Melanjutkan upaya akurasi data kapasitas organisasi daerah dan cabang dari hasil respon kuistioner yang diberikan Daerah dan Cabang dan Laporan Persemester atau Tahunan.
  2. Menyusun pola standar Orientasi Kepalangmerahan dan implementasi manajemen PMI bagi pengurus.
  3. Memberikan arahan kepada Daerah untuk mengaktifkan fungsinya melalui:
    • Pengamatan aktif, advokasi dan membantu implementasi AD/ART, khususnya di dalam MUSDA dan MUKERDA.
    • Lokakarya Manajemen dan Organisasi bagi daerah dan beberapa cabang terpilih.
    • Orientasi kepalangmerahan dan manajemen organisasi untuk daerah dan cabang-cabang yang dimiliki.
    • Membina Rencana Strategis Pengembangan Organisasi melalui kinerja tim OD
    • Lokakarya bagi pengembangan fungsi markas pusat bagi Kepala Unit Daerah (KAMADA)
    • Melanjutkan pemberian bantuan kepada korban gempa bumi di Bengkulu, dengan pilot program OD di PMI Bengkulu, untuk mendukung implementasi program CBFA, water and sanitation in Bengkulu.
  4. Memantapkan persiapan untuk MUKERNAS tahun 2002
  5. Menerbitkan perangkat lunak bagi pengembangan manajemen dan organisasi seperti Petunjuk Bagi Pengurus PMI.